twitter

ScienceDaily (2010-10-26) -- Scientists have created six new isotopes of the superheavy elements, reaching in an unbroken chain of decays from element 114 down to rutherfordium. The discovery is a major step toward understanding how to explore the long-sought Island of Stability, which is thought to lie in the vicinity of element 114 -- and possibly beyond.
27 October 2010 | 0 komentar |
Apa yang menjadi alasan kita masih bertahan hidup sampai saat ini? Sementara ini tolong jangan gunakan sudut pandang agama terlebih dahulu. Bukan bermaksud sekuler, karena prediksi saya kalau sudah menggunakan pendekatan agama akan berkaitan dengan iman, dan ujung-ujungnya berakhir di masalah takdir. Kenapa saya masih hidup, jawabannya karena takdir. Sudah, titik. Teu rame kan?


Eksistensi seseorang di dunia ini pastilah ada alasan. Eksistensi kita di facebook dengan meng-update status, upload foto, mengomentasi status teman atau menulis note seperti ini juga pasti ada alasannya.

Bagi saya sendiri, kenapa sampai detik ini memutuskan untuk tetap hidup di dunia adalah karena masih ada yang membuat menarik dalam hidup ini. Setiap pagi saya bangun, masih ada keheningan keluarga yang masih terlelap atau kegaduhan mereka yang sedang beraktifitas. Ketika saya bekerja melakukan rutinitas sehari-hari, berjumpa dengan seseorang (teman, sahabat atau calon istri maybe), bermain dengan anak kecil, selalu ada momen-momen yang terasa begitu indah. Ketika dihadapkan dengan suatu masalah atau cobaan, dihadapkan dengan suatu tantangan, selalu timbul semangat dan keberanian mengambil resiko yang mungkin terjadi. Mengejar mimpi-mimpi dan mencari terus apa yang terbaik bagi saya. Dan itulah yang membuat hidup saya lebih menarik, sehingga membuat hidup terus bersemangat.

Dalam film The Curious Case of  Benjamin Button (highly recomended movie for me) disebutkan "life is not measure in minutes, but in memories". Quote yang sangat indah. Atau kata Chairil Anwar, "Aku ingin hidup seribu tahun lagi". Meskipun eksistensi Chairil Anwar di dunia ini hanya 27 tahun, tapi beliau mempunyai alasan yang sangat hebat hingga ingin hidup sampai seribu tahun lamanya dan terbukti dengan karya-karyanya yang bisa menembus ruang dan waktu.

So, let's share! Apa yang menarik dalam hidup kamu sehingga sampai detik ini kamu memutuskan untuk tetap hidup? Dan quote juga di sini kata-kata yang menjadi penyemangatmu. Semoga menginspirasi [!]
22 October 2010 | 0 komentar |
NATURALISASI. Kata ini ramai dibicarakan menjelang menjelang pertandingan sepak bola Indonesia vs Uruguay (skor akhir 1 - 7). Rencana awalnya dalam pertandingan itu tim Indonesia akan menurunkan tiga pemain asing yang sudah dinaturalisasi (warga keturunan Belanda), tetapi akhirnya batal karena banyak yang menentang keputusan tersebut.

Warga negara Indonesia sendiri sudah lebih dari 200 juta. Memangnya nggak bisa apa dari jumlah yang begitu banyak untuk nyaring 11 orang saja (25 plus cadangan) yang jago main bola. Kenapa juga perlu naturalisasi?

Sampai saat ini, saya sendiri belum berkesimpulan mendukung atau tidak dengan naturalisasi tersebut. Saya sendiri jadi penasaran bagaimana proses naturalisasi itu, atau bagaimana warna negara asing (WNA) bisa menjadi warga negara Indonesia (WNI), serta apa arti WNI itu sendiri. Selain itu kenapa juga orang-orang begitu menolak pemain naturalisasi bermain di tim sepak bola Indonesia.

Naturalisasi adalah proses pemberian (grant) hak kebangsaan atau warga negara kepada orang asing, sedangkan arti WNI silahkan baca sendiri di sini, karena pengertiannya terlalu administratif. Intinya WNI adalah bisa manusia berdarah/turunan asli manusia Indonesia atau WNA yang sudah memenuhi syarat tertentu sehingga dinyatakan syah sebagai WNI berdasarkan UU.

Pertimbangan yang saya tangkap dari penolakan pemain naturalisasi dalam tim sepak bola RI ini adalah kesangsian akan nasionalismenya. Gampangnya saja, bagi saya nasionalisme adalah cinta akan tanah air. Apabila pemain naturalisasi bermain di timnas, mungkin masih diragukan apakah dia bermain memang karena rasa kecintaan dan kebanggaan dia akan Indonesia atau hanya karena alasan materi. Setidaknya nasionalisme itu harus dibuktikan dulu pada diri tiap pemain sebelum bergabung dengan tim nasional Indonesia, agar nanti ketika bertanding di tengah lapangan dalam diri tiap pemain akan melangkah dan berlari dengan bangga dengan kostum berlambang Garuda di dadanya.

Pertanyaan ini juga harus ditanyakan pada diri kita masing-masing. Sampai sejauh mana rasa nasionalisme kita? Gampangnya apa yang sudah kita perbuat sebagai wujud rasa cinta kita terhadap tanah air? Bangga nggak sih kita jadi orang Indonesia?
10 October 2010 | 0 komentar | Label: , , , , ,
Hey apa yang istimewa dengan tanggal ini, 10 Oktober 2010? Apakah karena angkanya yang unik, yang serba sepuluh, sehingga mudah diingat. Ya boleh juga. Karena pada tanggal ini banyak sekali pasangan yang melangsungkan pernikahannya, tidak tanggung-tanggung bahkan sampai ada yg meminta dinikahkan oleh sang Penghulu tepat pukul 10.10 (Nggak tau sibuk apa penghulunya).

Tapi ketika banyak sekali orang yang sama-sama menggelar suatu acara, baik itu pernikahan atau apapun di tanggal yang sama, misalnya 10-10-10, apakah itu tetap menjadi spesial?

Bukan bermaksud sinis atau bahkan iri hati, tapi saya sendiri berusaha menginterpretasikan pemikiran saya sendiri mengenai self achievement. Apa itu self achievement? Kalau boleh saya artikan, self achievement itu sebagai ukuran keberhasilan seseorang. Saya sendiri terinspirasi ketika mulai tadi malam sampai sekarang melihat status-status di facebook yang banyak menghubungkan dengan angka 'gaib' ini, dan juga terinspirasi dari novel pinjamann dari seseorang judulnya "Being Twenty Something is Hard". Selain nada kebahagian, karena melangsungkan pernikahan di tanggal 'gaib' ini, ada juga yang update statusnya bernada kekecewaan, usaha untuk menerima kekecewaan, atau bahkan keikhlasan untuk menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan harapannya.

Melihat orang lain menikah hatinya panas. Melihat pernikahan orang yang terkesan mewah hati tambah panas. Melihat orang sudah mempunyai anak hatinya sedih karena belum juga dikaruniai anak, atau bahkan nikahnya juga belum. Melihat orang lain karirnya sukses, hatinya menjadi iri. Dan lain sebagainya.

Terkadang orang melihat self achievement-nya itu sebagai suatu hasil. Orang yang sudah menikah, dianggap sudah berhasil. Orang yang lulus kuliah dinyatakan sukses, atau orang yang naik pangkat/jabatannya diangkap berhasil. Selalu melihat dari segi orang lain.

Padahal justru ketika orang menikah, lulus kuliah, naik jabatan, dll, itu adalah suatu proses menuju fase kehidupan baru. Apakah setelah orang naik pangkat, atau setelah menikah akan hidup bahagia selamanya? Hey wake up..!! Jangan selalu menilai kesuksesan dan kebahagian diri kita sendiri dengan membandingkannya dengan orang lain. Tiap orang punya jalan hidupnya masing-masing. Carilah arti suksesmu sendiri.

Semuanya akan lebih mudah apabila kita selalu bersyukur dan ikhlas. Caranya cukup ucapkan Alhamdulillah dan katakan pada diri sendiri "Ya Allah saya ikhlas", niscaya seketika itu semaunya akan terasa lapang, tembok penghalang akan segera runtuh, dan hati kita menjadi lebih ringan.

* Untuk saudaraku yang tadi menangis di atas genteng. ^_^
| 1 komentar | Label: , , ,
Beberapa tahun lalu--tepatnya pertengahan tahun 2006--saya menjalani KKN (Kuliah Kerja Nyata) di daerah Lembang. Seorang anggota kelompok saya kebetulan adalah seorang yang tunanetra. Dalam waktu-waktu yang luang, teman saya yang tunanetra ini rajin sekali membaca. Dan ketika saya tanya dia sedang baca apa, ternyata dia sedang membaca Al-Quran yang tentu saja tulisannya dengan cetakan huruf Braille.

Tebal Al-Quran Braille ini hampir sama dengan Al-Quran biasa, hanya saja meskipun tebalnya sama tapi isi Al-Quran Braille hanya satu Juzz saja. Berdasarkan informasi yang saya dapat, saat ini harga Al_Quran Braille ± 50rb. Jadi untuk 30 Juzz harga silahkan hitung sendiri. Cukup mahal juga. Biaya produksi yg tinggi dan juga keterbatasan produsen yg mencetak Al-Quran Braille menjadi faktor yg menyebabkan harga Al-Quran Braille jauh di atas harga Al-Quran biasa.

Teman saya membaca Al-Qurannya secara bergantian, karena tentu saja koleksi Al-Quran Braille yang beliau pinjam di asrama tempat beliau tinggal juga terbatas. Saya melihat semangatnya untuk membaca Al-Quran begitu luar biasa, meskipun beliau buta penglihatannya tapi beliau tidak ingin buta akan Al-Quran.

Lalu bagaimana dengan saya atau kamu yang kebetulan membaca note ini? Alhamdulillah, saya diberi kesempurnaan oleh Allah dalam penglihatan. Alhamdulillah, saya bisa membaca Al-Quran yang isinya tak ternilai ini yang hanya dibeli dengan harga kurang dari lima puluh ribu rupiah saja. Karena suatu hari nanti mata ini akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah.
09 October 2010 | 0 komentar | Label: , , ,