twitter

Selasa, 27 Juli 2010 kemarin secara resmi saya mulai bergabung dengan dunia kerja yang baru. Allah pasti punya alasan tertentu yang perlu saya cerna mengapa saya diberi kesempatan untuk "belajar" (dibaca--bekerja) di sebuah sekolah dengan latar belakang akidah yang berbeda dengan saya.

Dan secara kebetulan, pertama kali saya menginjakkan kaki di lingkungan kerja baru ini saya langsung diundang untuk mengikuti semacam seminar bertemakan Pendidikan--yang memang diselenggarakan oleh pihak sekolah secara tentative--yang lokasinya ternyata di sebuah tempat peribadatan mereka. Saat undangan itu disampaikan, perang batin pun langsung terjadi di dalam diri saya.

Meski tanpa campur tangan lembaga perdamaian dunia, akhirnya perang batin itu pun berakhir tanpa ada turut campur lembaga perdamaian dunia, PBB. Saya memutuskan untuk menerima undangan tersebut, dan saya niatkan dalam diri saya undangan ini sebagai sarana bersosialisasi untuk mengenal orang-orang yang akan menjadi rekan kerja saya.

Di dalam ruangan itu (untungnya yang dipakai adalah ruang pertemuan, bukan tempat berdo'anya) saya tidak henti²nya istighfar, berdo'a memohon lindungan Allah. Dan Alhamdulillah materi yang disampaikan bersifat umum, yaitu tentang bagaimana menjadi guru yang baik. Namun, tetap sana nuansanya non-islamis. Dari pengalaman ini saya sadar, betapa saya sering lalai menghadiri suatu majelis ta'lim, dan tiba² saya kangen akan hal itu.

Dan sekarang pada saat bulan Ramadhan, suasana pun sangat berbeda yang saya rasakan dari Ramadhan² yang pernah saya alami sebelumnya. Meski bulan Ramadhan, tapi puasa yang saya jalankan seperti halnya melaksanakan puasa di bulan² biasa. Bukan masalah "kabita" oleh orang² yang makan minum di hadapan saya, melainkan atmosfirnya. Tidak ada pengurangan jam kerja atau pun libur ekstra. Tapi tidak mengapa, seperti yang saya bilang, Allah pasti punya alasan tertentu yang perlu saya cerna. Saat berpuasa ini saya lebih produktif, dan Insya Allah pahalanya lebih besar. Amin.

Menjadi orang yang minor dalam sebuah komunitas ternyata besar sekali manfaatnya. Di sini saya jadi termotivasi untuk banyak² lagi mempelajari Islam, dan berusaha terus memperbaiki diri sehingga senormal mungkin saya bisa menunjukkan kepribadian seorang muslim yang sesungguhnya. Muslim yang cinta sesama, cinta kedamaian, menghormati, bukan muslim yang sangar, muslim yang gampang marah, gampang mengobrak-abrik.

Allah Maha Mengetahui, untuk itu di mana pun, kapan pun, apa pun saya akan terus bersyukur, terus belajar, memetik hikmah di setiap momen hidup yang saya alami.
30 August 2010 | 0 komentar |