twitter

Bank Century, Gurita Cikeas, Susno Duadji, dan masih banyak kasus-kasus lainnya yang tidak saya mengerti. Saya tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah, atau justru mana yang salah dan mana yang dipersalahkan. Tapi yang saya yakini adalah ada suatu masalah di negara ini.

Hhhmmmnnnn,..

Jadi teringat satu iklan rokok yang slogannya bukan basa basi. Digambarkan ada tiga ikan yang dibungkus dengan rapat (mau ngebungkus aja pake rapat segala :p) hingga dari luar tidak akan jelas di dalam bungkusan itu apa. Namun, lama kelamaan bau ikan itu akhirnya tercium juga.

Ya, suatu kebohongan, dusta, penghianatan, dan ketidakjujuran lainnya, apapun itu, sebaik dan secanggih apapun penutupnya, tetap saja akan tercium juga. Kalau pun tidak dunia, pasti kelak di akhirat.

Pelajaran penting bagi saya, meskipun berasal dari iklan yang produknya konon menyebabkan gangguan kehamilan. :p

Semoga saya tetap dilindungi Allah dari perbuatan dusta, fitnah, khianat, dan sifat buruk lainnya. Amin.
26 March 2010 | 0 komentar |
Ini adalah suatu peribahasa yang artinya periksa diri sendiri dahulu sebelum mengkritik orang lain, atau bisa juga diartikan sebagai introspeksi.

Baru saja membuka kumpulan peribahasa di internet. Seingatku, dulu saat sekolah belum pernah menemukan peribahasa ini. Pasti karena dulu tidak punya buku kumpulan peribahasa, tapi yang jelas dulu internet belum selengkap sekarang.

Kembali ke peribahasa, "Cium tapak tangan, berbau atau tidak". Masalah introspeksi sepertinya harus menjadi hal sangat deperhatikan. Setidaknya untuk diri saya sendiri.

Kemarin dan hari-hari sebelumnya, seperti biasa untuk bepergian saya mengunakan sepeda motor (yang belum lunas :p). Di satu perumahan, tidak terlalu kencang saya mengendarainya, sampai di satu persimpangan tiba-tba muncul satu pengendara motor lain yang menyerobot dan hampir saja terjadi tabrakan.

Entah apa namanya, apakah etika berkendaraan atau memang ada peraturannya, jika ada kendaraan ingin berbelok/masuk ke jalur utama, seharusnya dia lihat dulu kiri kanan apakah ada kendaraan lain di jalur utama. Bila aman, silahkan boleh masuk. Atau bisa saja saya yang berhenti dan memberi jalan, bila setengah badan kendaraa sudah terlihat masuk.

Tapi anehnya, ketika itu malah orang yang salah yang marah-marah. Tidak habis pikir. Sekali lagi, dia yang salah langsung memeotong jalur, malah dia yang marah-marah.

Ini hanya salah satu kasus saja. Sebetulnya masih sering saya mengalami hal seperti ini, dia yang salah malah dia yang sewot.

Orang-orang sepertinya belum pernah mencium telapak tangannya sendiri, tidak semua orang memang, maksud saya adalah untuk orang-orang yang sewot tadi.

Lupa untuk introspeksi diri, apakah tindakannya sudah semestinya. Apakah perkataan sesuai dengan tindakannya. Masih banyak apakah-apakah lainnya...

Bagiku daripada memikirkan terus hal itu, lebih baik saya banyak-banyak istigfar saja. Introspeksi untuk diri sendiri, banyak-banyak mencium tangan sendiri.
24 March 2010 | 0 komentar |